Minggu, 01 Agustus 2010

sejarah kampung sahapm (landak kal-bar)

Sejarah Kampung Saham

Kampung saham merupakan desa yang berada di kecamatan sengah temila kabupaten landak provinsi kalimantan barat. Nama Kampung Saham sebenarnya berasal dari nama sebuah sungai yang berada di kampung tersebut yaitu sungai sahapm. Saham dulu sebenarnya Sahapm tetapi karena orang sering menyebutnya Saham maka sampai sekarang nama kampung tersebut menjadi Saham. Di kampung ini terdapat rumah adat yang bentuknya sangat unik karena rumah ini memanjang. Rumah ini juga berbentuk rumah panggung dengan banyak tiang-tiang yang meninggi. Rumah panjang ini disebut radakng yang artinya tempat berkumpul. Dulunya rumah ini berdiri karena kesepakatan dari masyarakat setempat yang rasa kekeluargaannya sangat tinggi menginginkan rumah yang dapat menyatukan masyarakat di situ. Pendirian rumah ini dimulai sekitar tahun 1875 dengan pendiri pertama bernama pak Kuning. Rumah ini tidak dibangun sekaligus melainkan bertahap dan tidak secara berurutan sehingga pembangunan terakhir dibangun pada tahun 1984. Pembangunan rumah ini juga masing-masing kepala keluarga. Siapa yang sudah siap untuk membangun rumah maka dia yang membangun dulu rumahnya dengan bantuan warga yang lain yaitu bergotong royong. Sampai sekarang rumah tersebut masih dihuni oleh masyarakat setempat secara turun temurun dengan tidak mengubah bentuk dari bentuk aslinya.

Filosofi dan struktur kemasyarakatan


Adat istiadat
Sampai sekarang adat istiadat yang ada di kampung tersebut masih dipertahankan. Kegiatan adat yang ada di kampung tersebut antara lain:
Naik dango, kegiatan yang dilaksanakan setahun sekali dalam rangka merayakan panen raya.
Baremah, merupakan upacara keagamaan yang wajib dilaksanakan dalam kegiatan adat.
Nabo’ uma, kegiatan yang dilaksanakan sebelum padi berbuah.
Struktur kemasyarakatan
Di Kampung Saham memiliki kepala
Filosofi terhadap alam dan lingkungan
Lingkungan di kampung Saham masih sangat asri, alamnya belum terlalu tercemar karena masyarakat di kampung tersebut masih menjaga keasliannya walau sudah sedikit rusak akibat masyarakat yang tidak merasa memiliki alam tersebut. Hutan yang ada dijaga dengan tidak membabat habis pohon-pohonnya. Air gunung juga dipakai oleh warga dengan mengalirkannya ke kampung. Masyarakat kampung Saham masih menghargai alam yang telah ada sejak dahulu.

Sistem struktur dan kontruksi pada bangunan
Seperti yang telah dipaparkan pada sejarah kampung Saham bahwa kampung Saham memiliki rumah panjang (rumah lama) yang disebut radakng. Radakng memiliki panjang 180.6 meter dengan pintu 35 buah. Setiap pintu dihuni oleh satu keluarga. Pondasi radakng tidak seperti pondasi rumah-rumah sekarang yang memakai batu kali, tiang pancang, dll. Pondasi dan kolom bergabung satu tiang dan langsung menancap dari tanah hingga ke atas. Tetapi pondasi ini cuma terletak di tengah rumah. Sedangkan untuk yang lainnya pondasi dan kolom tidak bergabung melainkan bersambung. Zaman sekarang untuk menyambung kayu yang satu dengan yang lain menggunakan paku atau baut, sedangkan untuk radakng tidak menggunakan itu karena dulu sangat susah mencari paku atau baut. Jadi untuk menyambung kayu-kayu tersebut menggunakan kayu yang dibentuk kecil yang terkenal dengan pasak. Walau penyambungannya cuma menggunakan pasak tetapi radakng masih tetap berdiri tegak sampai sekarang.

Material yang digunakan pada rumah panjang
Rumah panjang (Radakng) merupakan rumah lama yang sudah berdiri sejak lama, jadi material yang digunakan pastinya langsung dari alam yang tidak bercampur dengan zat kimia seperti yang kita gunakan sekarang ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat penjelasannya seperti di bawah ini.
Pondasi, menggunakan kayu yang langsung menancap ke tanah hingga ke atas yang fungsinya juga sebagai kolom. Kayu yang digunakan adalah kayu belian atau kayu besi. Tapi penggunaan kayu ini cuma untuk di tengah rumah yang dapat di sebut sebagai inti bangunan. Sedangkan pada pondasi yang lain menggunakan kayu biasa.

Kolom, sebenarnya penggunaan bahan-bahan ini tergantung kemampuan dari penghuni rumah. Apabila penghuninya mampu maka akan menggunakan bahan yang bagus. Seperti kolom, apabila keluarga yang mampu maka akan menggunakan kayu belian atau kayu besi untuk semua kolom tapi untuk keluarga yang kurang mampu menggunakan kayu biasa.
Lantai, menggunakan papan.
Dinding, sama halnya seperti kolom, untuk keluarga yang mampu menggunakan papan (kayu ampadu) sedangkan keluarga yang kurang mampu menggunakan kulit kayu.
Atap, penggunaan bahan untuk atap juga tergantung dari kemampuan, sirap digunakan oleh keluarga yang mampu, sedangkan keluarga yang kurang mampu menggunakan daun yang dikenal dengan atap daun.
Serambi, menggunakan papan kecil-kecil.
Jadi, penggunaan bahan untuk radakng tidak merata tergantung dari kemampuan penghuni rumah.

Bentuk arsitektur
Susunan ruang
Karena radakng bentuknya memanjang, maka serambi dan ruang tamu bersatu antar serambi dan ruang tamu yang lain. Susunan rumah dari depan ke belakang : serambi (dalam bahasa dayak disebut pante), ruang tamu (dalam bahasa dayak disebut sami), ruang keluarga, sedangkan dapur terpisah dari rumah induk. Tapi antara rumah induk dengan dapur disambung oleh serambi atau pante. Pembangunannya juga tidak sekaligus, melainkan dapur yang pertama dibangun kemudian para penghuni mendiami dapur sebagai tempat tinggal sementara menunggu pembangunan rumah induk.

Fungsi ruang
Fungsi ruang menurut susunan ruang,
Serambi (pante), digunakan untuk menjemur padi dan pakaian.
Ruang tamu, digunakan untuk menyambut tamu dan diruang tamu ini terdapat keranjang yang dapat dipakai tamu yang menginap tidur karena dulu tamu tidak boleh masuk keruang keluarga. Ruang tamu juga digunakan untuk tempat berkumpul apabila ada acara.

Ruang keluarga, tempat khusus untuk keluarga tidur, berkumpul, dll.
Serambi belakang (pante), tempat mencuci piring, mencuci pakaian, mandi, dll.
Dapur, tempat masak. Dapur yang ada adalah dapur kotor yang menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakarnya.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

bagus,dimana ini???

Sahroni mengatakan...

Untuk melestarikan kebudayaan daerah, khususnya budaya Dayak, Pemprov Kalbar telah membangun replika Rumah Radakng di jalan Sutan Syahrir, Pontianak.

Posting Komentar